Jumat, 22 Mei 2009

MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN EMOSIONAL

Temi Purnomo, S.Pd
TLD Kecamatan Matraman

A. Pendahuluan
Pada umumnya orang berpendapat, bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang, terlebih pada waktu Peserta Didik masih muda, inteligensi sangat besar pengaruhnya. Saat ini inteligensi diukur oleh “overall single score” yaitu skor tunggal umum yang disebut dengan IQ terutama mengukur kemampuan linguistik dan logis-matematis. Padahal menurut teori inteligensi jamak dari Gardner, manusia itu mempunyai 8 kemampuan inteligensi yang mana masing-masing inteligensi sama-sama berfungsi secara unik pada masing-masing orang, lalu bagaimana dengan keenam inteligen lainnya?
Sangat penting bagi kita mengenal dan memelihara semua inteligensi manusia yang bervariasi dan semua kombinasi dari Inteligensi. Pada diri kita semua terdapat perbedaan yang besar karena kita memiliki kombinasi inteligensi yang berbeda. Bila kita mengenal perbedaan ini, kami kira paling tidak kita memiliki kesempatan lebih baik dalam mengenal permasalahan yang kita hadapi di dunia ini secara lebih tepat (Howard Gardner, 1987).
Pada tahun 1904 Kementerian Pengajaran Umum Paris meminta para ahli psikiologi Perancis Alfred Binet dan para koleganya untuk mengembangkan suatu arti dari suatu ketentuan tingkat dasar siswa pada suatu akibat kegagalan, dengan demikian siswa ini dapat menerima perhatian khusus.
Tes Inteligensi di luar usaha‑usaha mereka pertama kali dilakukan tes inteligensi. Beberapa tahun kemudian, di Amerika Serikat tes intelefensi ulai dikenal secara luas, sesuatu yang dinamakan dengan kecerdasan inteligensi yang dapat diukur secara objektif dan menurunkan satu skor tunggal atau skor IQ. Gardner berpendapat bahwa budaya kita mendefinisikan kecerdasan inteligensi terlalu sempit. Di dalam bukunya Frame of Mind (Gardner : 1983), Gardner mengemukakan tujuh dasar inteligensi yang sekarang berkembang menjadi 8 bahkan 10 inteligensi walaupun masih bersifat tentatif. Dalam teorinya multiple intelligence (inteligensi jamak), Gardner berfikir untuk meluaskan ruang lingkup kemampuan potensi manusia melebihi dari skor IQ. Ia dengan serius mempertanyakan tentang validitas untuk menentukan kecerdasan seseorang individu dengan mengambil seseorang di luar lingkungan belajar secara alami dan meminta dia untuk mengerjakan tugas secara terpisah yang sebelumnya belum pernah dilakukannya dan mungkin ia tidak akan pernah memilihnya lagi.
B. Delapan Kecerdasan Inteligensi
1. Linguistic intelligence: Kemampuan untuk menggunakan kata‑kata secara efektif baik secara lisan seperti pembaca cerita, orator atau seorang politikus, maupun secara tertulis seperti pembuat puisi, penggubah sandiwara, editor atau seorang wartawan. Kemampuan inteligensi ini termasuk di dalamnya kemampuan untuk memanipulasi syntax atau struktur bahasa, kepekaan suara, irama makna dan kata­kata, dan perbedaan fungsi bahasa.



2. Logical Mathematical Intelligence: Kemampuan untuk menggunakan angka secara efektif sebagai seorang ahli matematik, penghitung pajak atau seorang statistikawan dan untuk alasan yang baik seperti seorang ilmuwan, pembuat program komputer, atau ahli biologi). Termasuk di dalamnya kepekaan, pola keteraturan sistimatik, dan kemampuan mengelola untaian fikiran. Seperti kategorisasi, klasifikasi, menarik kesimpulan, generalisasi, kalkulasi dan pengujian hipotesis.
3. Spatial intelligence: Kemampuan mengamati dunia secara cermat dan tepat seperti seorang pemburu, pramuka, atau pemandu, dan kemampuan mentransformasikan persepsi seperti seorang dekorator interior arsitek, artis dan penemu. Ineligensi ini juga termasuk di dalamnya sensitifitas terhadap warna, garis, bentuk, ruang dan hubungan antara elemen‑elemen tersebut. Termasuk juga di sini kemampuan visualisasi, membuat grafik dan lain‑lain.
4. Bodily‑Kinesthetic Intelligence: Keahlian dalam menggunakan seluruh tubuh untuk menyatakan ide‑ide dan perasaan‑perasaan, seperti seorang aktor, pantomim (pemain mimik), atlet dan penari dan lain sebagainya.
5. Musical Intelligence: Kemampuan untuk merasa, membedakan, mentranformasikan dan seperti penggubah, dan mengekspresikan, kemampuan menampilkan bentuk bentuk irama dan melodi dan lain.
6. Interpersonal Intelligence: Kemampuan untuk merespon dan kemampuan khusus dalam memahami suasana hati, perasaan‑perasaan yang dalam, motivasi dan perasaan‑perasaan orang lain. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk ekspresi muka, suara, isyarat, dan kemampuan untuk membedakan.
7. Intrapersonal Intelligence: Pengetahuan diri sendiri dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Kemampuan untuk melihat gambaran diri sendiri secara tepat yaitu tentang kekuatan dan keterbatasanketebatasan, kesadaran terhadap perasaan‑perasaan yang dalam (suasana hati), niat‑niat, motivasi, tempramen, dan keinginan serta kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri, pengertian terhadap diri sendiri dan penghargaan terhadap diri sendiri.
8. Inteligensi Natural yaitu kemampuan mengenal kembali flora dan fauna dan mencintai kembali alam, seperti dalam ilmu biologi Darwin dan Mendel.

C. Mengembangkan Multiple Inteligensi di Kelas
Gardner menegaskan bahwa kategorisasi di atas adalah kemampuan inteligensi bukan talen atau bakat. Gardner menyadari bahwa orang menggunakan pendengarannya untuk berekspresi, ia tidak terlalu cerdas tetapi dia memiliki bakat yang mengagumkan terhadap musik. Karenanya Gardner menyadari sekali penggunaan kata inteligence (kemampuan inteligensi) dijelaskan pada setiap kategori.
Gardner mengatakan kedelapan macam kemampuan inteligensi dijadikan sebagai dasar kemampuan inteligensi dan sebenarnya kemampuan inteligensi itu adalah lebih dari satu (Jamak). Untuk melengkapi dasar‑dasar teorinya ini, Gardner mengatur suatu tes dasar khusus untuk setiap aspek. Sehingga skor IQ yang hanya skor tunggal (110 dikatakan normal dan 134 dikatakan di atas rata-rata) sudah tidak banyak manfaatnya dalam mengembangkan kemampuan manusia. Gardner menyusun skor IQ lebih banyak menggunakan multi pengukuran melalui karya nyata, port folio dan teknik lainnya.
Untuk mengembangkan inteligensi ganda pada siswa perlu diperhatikan beberapa; Pertama, pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual; Kedua, pendidikan sebaiknya individual; Ketiga, pendidikan harus menyemangati siswa untuk dapat menentukan tujuan dan program belajar; Keempat, sekolah harus menyediakan fasilitas dan sarana untuk berlatih; Kelima, evaluasi harus lebih kontekstual dan bukan tertulis; Keenam, Pendidikan sebaiknya tidak dibatasi di dalam gedung sekolah.
.

Daftar Pustaka

Thomas Armstrong. 1997. Multiple Intelligence in the Classroom.
Gardner. Multiple Intelligences. 1983
Suparno Paul. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. 2003









Senin, 18 Mei 2009

Role of Schools in Affecting Education Results

oleh
Drs. Arif Nasdianto
Penilik PNFI Wilayah Kec. Matraman
Education is a process to integrate the individuals who are experiencing growth in collectivity's in the community. Activities occur in the education of children against the development potential of his life to meet in private and collective welfare in the community. As a conscious business, education is directed to prepare students through counseling, teaching and training in order to fill a certain role in society in the future.
In the national education system in Indonesia, the school has a strategic role as providers of educational institutions and is one of the social factors that can affect the results of the education / child study, (Tabrani Rusyan A., et al., 1989), to the many parents hope of the role schools can develop children's potential and ability to become a useful human being. The school is also next to the empty main objective of national education, namely (1) achieve the life of the nation, and (2) develop human Seton Indonesia, the man who believed in God and fear of the One God and the true noble character, ability and skills, health and physical spiritual, personality, and the steady self, and sense of social responsibility and nationalism. Disclosed that the purpose of education is providing direction for all channels, the types and levels of education ranging from basic education to higher education.
The existence of a school social institutions are external factors that can affect the results of learning / education students. Although the school is a universal phenomenon that can affect the results of children's education, does not mean that the school is left to grow as such. From time to time, the school various changes in the external environment. Therefore, schools need good management to become qualified. If both the school quality of education / learning children (students) will be good also.
Management School how good and how the results relate to education?. School management strategy is a good school that operates a school function as educational institutions regulated formal. Ben M. Harris is quoted again by syafarudin (2002) in the Integrated Quality Management in Education says there are five areas of school function, among others: 1. Teaching. This is a basic function to achieve the main goal of school operations. Business-related teaching and teaching related to the students directly. 2. Special services to students. This includes business functions that are associated with high student, but not related to teaching. Special services to students, among others, provide treatment, counseling, bus transportation, doctors, and others. 3. Management. This function is one of the business that is not related to teaching and also to students. This is a business affairs manager responsibilities, principals, supervisors, school board, as well as supervisors and teachers in the classroom. 4. Supervision. This function is a field that includes the relationship with the teaching, but also related to the students. Work supervisors, coordinators, consultants, curriculum specialists, principals and classroom teachers, they all affect teaching. Business of teaching also does not give directly to students' learning. Supervision to provide support services to the teaching function of the high associated with the teaching of children. 5. Administration. Field of public administration in the school operating a business is closely related to teaching or to the students. Here there is coordination, facilities, supervision of work into the characteristics of the school principal, director, supervisor and others.
This business is not closely related to teaching and students. Overall the main function of the school as expressed operationally related to the teaching and learning / education as the final goal. In this case Syafarudin (2002) describes as follows: Results Education / Learning Teaching Customer Service Supervision Special students Services Administration Management In the above chart disclosed that the function of teaching to be productive in the school operating. Services and supervision of special students appear to directly support the teaching, while management tends to be less services relate directly to teaching. Five functions of the school is divided in two main dimensions in the operational functions, the dimension related to the teaching and dimensions associated with the students.
All functions in the empty goal achievement the results of education. Content management in schools, all school activities must be managed by utilizing all the resources (resources) good human resources, materials, and funds in order to achieve the school effectively and efficiently. Effectiveness and efficiency of achieving the goal of effective means of teaching and on the estuary of the student achievement results and high quality education.
References
Tabrani Rusyan A., et al .. Approach in Teaching Learning Process. Bandung: Remaja Karya, 1989.
Based Quality Improvement Management School. Ministry of National Education, Dikdasmen Director General, Directorate of School Advanced Level First, 2001.
Syafaruddin. Integrated Quality Management in Education. Concepts, strategies and applications. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002

PERANAN SEKOLAH DALAM MEMPENGARUHI HASIL PENDIDIKAN

oleh:
Drs. arif Nasdianto

Pendidikan merupakan proses untuk mengintegrasikan individu yang sedang mengalami pertumbuhan ke dalam kolektivitas di masyarakat. Dalam kegiatan pendidikan terjadi pembinaan terhadap perkembangan potensi anak untuk memenuhi kelangsungan hidupnya secara pribadi dan kesejahteraan kolektif di masyarakat. Sebagai usaha sadar, pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka mengisi peranan tertentu di masyarakat pada masa yang akan datang.

Dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia, sekolah memiliki peranan strategis sebagai institusi penyelenggara kegiatan pendidikan dan merupakan salah satu faktor sosial yang dapat mempengaruhi hasil pendidikan/belajar anak, (A. Tabrani Rusyan, dkk., 1989), untuk itu banyak para orang tua berharap terhadap peranan sekolah dapat mengembangkan potensi dan kemampuan anak menjadi manusia berguna. Selanjutnya Sekolah juga bermuara pada tujuan utama pendidikan nasional, yaitu (1) mencerdaskan kehidupan bangsa dan (2) mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki kemampuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan yang diungkapkan tersebut menjadi arah bagi penyelenggaraan semua jalur , jenis dan jenjang pendidikan mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Keberadaan sekolah menjadi institusi sosial merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar/pendidikan peserta didik.

Meskipun sekolah merupakan gejala universal yang dapat mempengaruhi hasil pendidikan anak, tidak berarti sekolah dibiarkan tumbuh begitu saja. Dari waktu ke waktu, sekolah menhadapi berbagai perubahan dalam lingkungan eksternal. Oleh karena itu, sekolah memerlukan pengelolaan yang baik agar menjadi bermutu. Jika sekolah bermutu baik maka hasil pendidikan/belajar anak (siswa) akan baik pula.

Bagaimana pengelolaan pkbm yang baik dan bagaimana hubungannya dengan hasil pendidikan?. Strategi pengelolaan sekolah yang baik adalah sekolah yang menerapkan fungsi sekolah sebagai institusi pendidikan yang diatur secara formal. Ben M. Harris yang dikutip kembali oleh syafarudin (2002) dalam buku Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan mengatakan ada lima bidang fungsi sekolah antara lain :

1. Mengajar.
Fungsi ini merupakan pokok untuk mencapai tujuan utama keseluruhan operasional sekolah. Usaha mengajar berhubungan dengan pengajaran dan juga berhubungan dengan murid secara langsung.

2. Pelayanan khusus kepada siswa.
Fungsi ini mencakup usaha yang secara tinggi berhubungan dengan murid, tetapi tidak berhubungan dengan pengajaran. Pelayanan khusus kepada murid antara lain memberikan perawatan, konseling, bus angkutan, dokter, dan lain-lain.

3. Manajemen.
Fungsi ini merupakan ciri usaha yang tidak berhubungan dengan pengajaran dan juga kepada murid. Usaha ini merupakan kewajiban urusan manajer, kepala sekolah, pengawas, dewan sekolah, dan pengawas seperti halnya guru-guru dalam kelas.

4. Supervisi.
Fungsi ini adalah bidang yang mencakup hubungan dengan pengajaran, tetapi juga berhubungan dengan murid. Pekerjaan supervisor, koordinator, konsultan, ahli kurikulum, kepala sekolah dan guru kelas, semuanya mempengaruhi pengajaran. Usaha dari pengajaran juga memberikan pengaruh tidak langsung kepada pembelajaran murid. Supervisi memberikan dukungan pelayanan kepada fungsi pengajaran secara tinggi yang berhubungan dengan pengajaran bagi anak-anak.

5. Administrasi.
Bidang administrasi umum dalam operasional sekolah merupakan usaha secara erat yang berhubungan dengan pengajaran atau terhadap murid. Di sini ada koordinasi, fasilitas, pengawasan menjadi karakteristik pekerjaan kepala sekolah, direktur, pengawas dan lainnya. Usaha ini tidak secara erat berhubungan dengan pengajaran dan murid.

Keseluruhan fungsi utama sekolah sebagaimana dikemukakan secara operasional berhubungan dengan pengajaran dan hasil pembelajaran/pendidikan sebagai tujuan akhir. Dalam hal ini Syafarudin (2002) menggambarkan sebagai berikut :


Hasil
Pendidikan/Pembelajaran


Pengajaran

Pelayanan Pelayanan
Supervisi Khusus siswa

Pelayanan
Administrasi


Manajemen

Dalam bagan di atas diungkapkan bahwa pengajaran menjadi fungsi produktif dalam operasional sekolah. Pelayanan supervisi dan pelayanan khusus murid tampak secara langsung mendukung pengajaran, sementara pelayanan manajemen cenderung kurang berhubungan langsung dengan pengajaran.
Lima fungsi sekolah tersebut dibagi pada dua dimensi fungsi utama dalam operasionalnya, yaitu dimensi yang berhubungan dengan pengajaran dan dimensi yang berhubungan dengan murid. Semua fungsi tersebut bermuara pada terjaminnya pencapaian tujuan yaitu hasil pendidikan.

Dalam kontek manajemen sekolah, semua kegiatan sekolah harus dikelola dengan memanfaatkan semua sumber daya (resources) baik sumber daya manusia, material, dan dana dalam rangka mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan berarti pembelajaran efektif yang bermuara pada pengajaran dan pembelajaran yang menghasilkan murid berprestasi tinggi dan hasil pendidikan yang bermutu.

Daftar Pustaka

A.Tabrani Rusyan, dkk.. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Karya, 1989.

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Depdiknas, Ditjen Dikdasmen, Direktorat sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2001.

Syafaruddin. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Konsep, strategi dan Aplikasi. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002

Minggu, 17 Mei 2009

KEPALA SEKSI DIKMEN KEC.MATRAMAN


MONITORING KEGIATAN PNFI KECAMATAN MATRAMAN

PNFI Seksi Dikmenti Kecamatan Matraman menurut rencana akan melaksanakan kegiatan Monev kegiatan PNFI ke PKBM-PKBM sekecamatan Matraman. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 1 minggu terhitung mulai tanggal 18-25 Mei 2009. Tim yang akan melakukan monev ini terdiri dari unsur Penilik, staf, dan TLD Kecamatan. Maksud dan tujuan monev ini adalah untuk mengetahui dan melihat sejauhmana pelaksanaan kegiatan PNFI, kendala, dan faktor pendukung pelaksanaan program dilapangan. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat diperoleh informasi yang lengkap dan akurat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan program PNFI di PKBM, sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam pengambilan keputusan untuk program yang akan datang.

Kamis, 14 Mei 2009

MONITORING UAN SMA/SMK MATRAMAN

Jakarta, (14 Mei 2009). Pelaksanaan UAN SMA/SMK .N/S Berjumlah 19 Sekolah diwilayah Kecamatan Matraman Jakarta Timur. 10 Sekolah SMK.N/S Jumlah 1283 Siswa, SMA.N/S Jumlah 1259 Siswa, dalam keadaan aman tidak terjadi permasalahan, soal isi dalam amplop sesuai dengan yang terdaftar pada usulan jumlah Siswa ke Dinas Dikmen Provinsi DKI Jakarta.( Slamet Staf)